ahmad fadillah
1b116011
Analisa
perkembangan masyarakat terkait dengan kehidupan beragama dan integrasinya.
Myanmar
Seiring perkembangan zaman, penduduk muslim telah mengalami
sedikit peningkatan di Myanmar. Pada sensus tahun 2014 menunjukkan muslim telah
menyumbang 4,3% dari populasi penduduk Myanmar, naik hanya sedikit dari 3,9%
dari hitungan tahun 1983. Jumlah populasi warga Myanmar lebih dari 50 juta
jiwa.
Dengan demikian, masyarakat muslim hanyalah lebih dua persen
dari jumlah keseluruhan penduduk Myanmar berdasarkan sensus yang dilakukan oleh
pemerintah.
Hal itu sekaligus menolak tuduhan penganut Buddha di negara
ini bahwa penduduk Islam menimbulkan ancaman bagi agama dan kepercayaan mereka.
Informasi lengkap sensus yang dilakukan pada 2014 itu
bagaimanapun terpaksa harus disimpan selama hampir setahun untuk menghindari
terjadi ketegangan menjelang pemilihan umum pada tahun lalu, yang menyaksikan
kelompok pro-demokrasi yang dipimpin Aung San Suu Kyi berkuasa.
Persepsi Islamofobia tersebar di seluruh
Myanmar belakangan ini dengan golongan nasionalis Buddha sering menyuarakan
kegelisahan mereka terhadap perkembangan Islam di negara ini.
Tetapi data baru itu menegaskan bahwa masyarakat Buddha
membentuk lebih 90 persen dari populasi Myanmar yang sebesar 51.48 juta orang.
Jumlah penganut Kristen pula adalah sebesar 6,3 persen,
sementara penduduk Islam hanya 2,3 persen atau sekitar 1,1 juta orang.
Ulasan tersebut tidak termasuk satu juta etnis minoritas
Islam Rohingya yang dilarang mengambil bagian dalam sensus itu, yang diadakan
kali pertama sejak 1983.
Banyak berspekulasi bahwa pemerintah telah berusaha untuk
menyembunyikan lonjakan Muslim untuk mencegah perpecahan antar agama. Tapi
Thein Swe, menteri tenaga kerja dan imigrasi, mengatakan kepada wartawan hari
Kamis bahwa data yang dapat dipercaya dan harus diterima oleh masyarakat
internasional serta anggota dari berbagai agama.
“Sudah saatnya untuk menggantikan spekulasi dengan fakta,”
kata Wakil Dana Populasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA), Janet E. Jackson
yang mendukung pemerintah Myanmar dalam menjalankan sensus tersebut.
Namun, UNFPA turut mengecam tindakan mengecualikan etnis
minoritas Islam Rohingya dalam sensus tersebut dan menganggapnya sebagai
kelemahan serius yang memicu kekhawatiran terhadap hak-hak asasi manusia.
Tin Maung Than, sekjen Dewan Agama Islam Myanmar mengatakan,
data ini boleh jadi masih kurang akurat.
“Data mungkin tidak akan akurat karena sensus pertama kami
dalam 30 tahun,” katanya kepada Anadolu Agency.
“Prosedur bagi seorang Muslim untuk mendapatkan kartu
Regristrasi Nasional sangat rumit dan bingung, begitu banyak orang Muslim
harus mengisi sebagai ‘Buddha’ untuk membuatnya lebih mudah [mendapatkan
kartu]. Mereka ini kemudian mendaftar sebagai umat beragama Buddha dalam Sensus
juga”.
Filipina
Sejarah Filiphina sebagai suatu Bangsa di mulai sejak abad
ke-16 denagan penaklukan oleh Spanyol. Namun Negara Filiphina sebenarnya adalah
penghormatan bagi (Fhilip II) dari Spanyola. leluhur pertama Bangsa Filiphina
mungkin telah datang sejak sekitar 5000 tahun sebelum masehi, bersenambung
terus sampai saat masuknya Spanyol.
Sejarah hubungan antara kaum Muslim di Filiphina selatan
atau Moro dan pengusa penjajah Spanyol merupakan sejarah konfrontasi abadi.
Setelah penduduk militer dari tahun 1899 hingga 1903, proivinsi Moro berdiri
tahun 1903-1913 sebagai unit politik dan militer, dari tahun 1914 hingga tahun
1920, di dirikan wilayah bagian Mindanau dan Sulu. Tak lama kemudian urusan
kaum muslimpun ditangani oleh pemerintah Filiphina. Agama merupakan masalah
uatama. Pendidikan Agama Islam tetap memainkan peran penting dalam sosialisasi
masyarakat. Gejala di Filiphina pasca kolonialisme adalah keristenisasi dan
Filipinaanisme yang menyebabkan kegelisahan terpendam di kalangan kaum muslim
akan masa depan mereka yang hidup dalam bangsa Filiphina.
Islam telah memiliki sejarah yang panjang di Filiphina sejak
jaman pra kolonia. Masyarakat muslim di bagian selatan tercatat sebagai
masyarakat yang mampu mempertahankan diri dari penetrasi Spanyol selama tiga
ratus tahun, sejak pemulaan abad xx sejarah wilayah kaum muslim di selatan
mulai disatukan secara administratif dan sistematis ke dalam masyarakat politik
yang lebih luas.
Muslim Filihipina merupakan kelompok keagamaan minoritas (4
sampai 7 persen) dalam suatu Negara di Asia Tenggara yang di dominasi oleh
pemeluk keristen. Meskipun terkonsentrasi di kepulauan Filihipina selatan, tiga
hingga sepuluh kelompk etnorelegius muslim minoritas tersebut di pisahkan oleh
hambatan-hambatan geografis dan linguistik. Moro (Moor), pertama-tama di
gunakan oleh para pedagang Eropa untuk menyambut seluruh penduduk muslim di
Asia Tenggara. Istilah ini tetap di gunakan para kolonial Spanyol di Filihipin.
China
China dikenal sebagai negeri komunis. Namun siapa sangka,
di tempat ini perkembangan umat Islam di China terus melaju. Buktinya,
di negeri itu sudah ada 40.000 masjid pada tahun 2010. Lebih banyak daripada
jumlah setahun sebelumnya yang mencapai 35.000 masjid. Di China, kaum Muslimin
berjumlah 23 juta orang.
“Kami perkirakan ada lebih 40.000 masjid di China,” kata
Wakil Ketua Asosiasi Islam China, Guo Chengzhen, yang didampingi Mustafa Yang
Zhibo, wakil ketua asosiasi itu, saat menerima kunjungan para wartawan
Indonesia dan Malaysia, di Beijing, dikutip Antara.
Data statistik terbaru masih dalam proses tapi tahun 2009
saja sebanyak 35.000 masjid telah dibangun, katanya.
Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, terutama di propinsi
yang mayoritas muslim seperti di Xinjiang dan Ningxia, serta provinsi
yang ada penduduk Muslimnya, jumlah masjid di China terus bertambah.
“Pembangunan masjid dibiayai oleh masyarakat tapi
pemerintahan komunis China memberikan subsidi atau bantuan dana,” kata Guo.
“Pemerintah China mulai meningkatkan pembangunan ekonomi di
propinsi bagian barat negara itu, tempat mayoritas penduduk muslim tinggal.
Mereka merasa iri dengan propinsi di timur yang mengalami pembangunan dan
pertumbuhan pesat,” tambah Mustafa.
Selain itu, pemerintahan komunis China, juga mendorong warga
muslim yang tinggal di bagian barat untuk pindah ke provinsi-provinsi yang
pembangunanya pesat di bagian timur.
“Berbagai kemudahan untuk bekerja atau membuka usaha dan
restoran diberikan,” ujar Mustafa.
Sebagai contoh, di Provinsi Shenzen, bagian timur China, ada
6.000-7.000 muslim. Di Kota Yiwu, Provinsi Zhe Jiang, juga sudah ada masjid
yang besar.
Jumlah masjid itu dan 45.000 imam di China dapat memenuhi
kebutuhan ibadah kaum Muslim di China.
Walaupun di bawah pemerintahan Partai Komunis China, namun
kehidupan beragama Islam di propinsi yang etnis mayoritasnya Muslim dapat
berkembang baik.
Di provinsi Ningxia dengan
populasi Muslim 2,25 juta dari total penduduk 6,3 juta, terdapat sekitar 3.700
masjid dan sekolah agama Islam.
Bahkan di Kashgar, salah satu kota di provinsi Xinjiang, nama toko,
perkantoran, jalan dan penunjuk jalan menggunakan tiga bahasa sekaligus yakni
bahasa Uyghur yang menggunakan bahasa Arab, bahasa Mandarin, dan bahasa
Inggris.*
https://saripedia.wordpress.com/tag/perkembangan-islam-di-china/
https://saripedia.wordpress.com/tag/perkembangan-islam-di-china/
Brunei Darussalam
Agama Islam diperkirkan telah lama tersebar di Brunei. Pada
tahun 1511, Melaka telah jatuh ketangan Portugis. Mulanya Portugis menumpukan
kepentingan wilayahnya kepada semenenjung Tanah Melayu dan Selat Melaka. Tetapi
pada tahun 1526, berikutan dengan tercapainya satu perjanjian perniagaan dengan
Brunei, Portugis telah membuka perniagaan di Brunei. Pada masa itu Brunei telah
menjadi tempat persinggahan para pedagang disepanjang lalu lintas perkapalan
Malaka dan Ternate.
Menurut riwayat china, pada 977, raja Puni telah menghantar
utusannya ke China yang diketuai oleh Pu Ya-li, qadhi Qasim dan Sheikh Noh. Ini
membuktikan bahwa agama Islam sudah dipeluk oleh orang berpengaruh di Brunei.
Dalam sejarah China, dicatatkan bahwa pada 1370 Brunei atau Puni pada masa itu
rajanya bernama Ma-ha-mo-sya(sultan Mohammad Shah) telah
menghantar utusan ke China dengan membawa sepucuk surat menggunakan tulisan
khat yang bentuknya sama dengan tulisan Huiku, tulisan orang Islam keturunan
Turki yang mendiami daerah Uighur.
Berdasarkan data diatas, dipercayai agama Islam telah masuk
ke Brunei jauh sebelum tahun 1368. Sesudah Awang Alak Baetatar(sultan Muhammad
Syah), Islam barulah menjadi agama resmi bagi seluruh Negara. Disebutkan juga
oleh riwayat China bahwa utusan China, yang diketuai oleh seorang Islam bernama
Cheng Ho, yang datang ke Brunei pada 1405, mendapati bahwa di Brunei telah ada
kerajaan Islam dan keluarga raja tersebut disebutnya dengan sebutan “Pengiran”.
Pengganti sultan Muhammad Shah adalah Pateh Berbai yang setelah diangkat
menjadi sultan bergelar sultan Ahmad. Menurut salasilah raja-raja
Brunei, sultan Ahmad kemudian digantikan oleh menantunya sultan Sharif Ali
berasal dari Taif., seorang keturunan Nabi dari jalur Sayyidina Hasan. Beliau
kawin denga putri sultan Ahmad bernama Putri Rana Kesuma. Setelah sultan Ahmad
wafat, sultan Sharif Ali diangkat menjadi sultan ke3, dengan gelar sultan
Berkat. Yang perlu dicatat dari sultan Sharif Ali adalah bahwa beliaulah yang
sebenarnya menanamkan ajaran Islam sesuai dengan ajaran ahl sunnah wa jama’ah
dengan mazhab syafi’i. Selain itu, beliau pula yang menentukan arah kiblat yang
betul, karena ajaran Islam sebelumnya banyak bercampur dengan ajaran
Hindu-Budha.
Sultan Sharif Ali wafat pada 1432 dan digantikan oleh putra
baginda bernama Sultan Sulaiman. Keturunan sultan Sharif Ali inilah yang
melahirkan keturunan Sultan dan raja-raja Brunei sampai hari ini. Dua dari
peletak asas dan pembangunan kesultanan Brunei yang berpengaruh adalah Sultan
Sulaiman dan Sultan Bolkiah. Dibawah pemerintahan Sultan
Bolkiah itulah Brunei mencapai masa kegemilangan. Era
keemasan ini berlanjut selama beberapa waktu hingga kedatangan
pengembara-pengembara barat, seperti pelaut berbangsa Portugis, Ludovico de
Vartema (1507), dan Antonio Pigfetta (1521), yang banyak menceritakan masa
keemasan Brunei.
Adapun nama-nama Sultan yang pernah menguasai kesultanan
Brunei adalah sebagai berikut:
1. Sultan Muhammad Syah (1363-1402)
2. Sultan Ahmad (1408-1425)
3. Sultan Sharif Ali (1425-1432)
4. Sultan Sulaiman (1432-1485)
5. Sultan Bolkiah (1485-1524)
6. Sultan Abdul Kahar (1524-1530)
7. Sultan Saiful Rijal (1533-1581)
8. Sultan Syah Brunei (1581-1582)
9. Sultan Muhammad Hasan (1582-1598)
10. Sultan Abdul Jalilul Akbar (1598-1659)
11. Sultan Abdul Jalilul Jabbar (1659-1660)
12. Sultan Haji Muhammad Ali (1660-1661)
13. Sultan Abdul Hakkhul Mubin (1661-1673)
14. Sultan Muhyiddin (1673-1690)
15. Sultan Nasaruddin (1690-1710)
16. Sultan Husin Kamaluddin (1710-1730)dan 1737-1740)
17. Sultan Muhammad Alaudin (1730-1737)
18. Sultan Omar Ali Saifudin (1740-1795)
19. Sultan Muhammad Tajudin (1795-1804) dan (1804-1807)
20. Sultan Muhammad Jamalul Alam I (1804)
21. Sultan Muhammad Kanzul Alam (1807-1826)
22. Sultan Muhammad Alam (1826-1828)
23. Sultan Omar Ali Saifudin II (1828-1852)
24. Sultan Abdul Momin (1852-1885)
25. Sultan Hashim Jalilul Alam Aqamaddin (1885-1906)
26. Sultan Muhammad Jamalul Alam II (1906-1924)
27. Sultan Ahmad Tajudin (1924-1950)
28. Sultan Haji Omar Ali Saifudin III (1950-1967)
29. Sultan Haji Hassanal Bolkiah (1967- sekarang)
Banyaknya penyebar-penyebar Islam dari Brunei diwilayah
Filipina Selatan, kemegahan Sultan Bolkiah, dan berkembangnya perdagangan telah
menyebabkan cemburu dan iri hati penguasa Spanyol di Manila. Itulah diantara
penyebab kolonial Spanyol di Manila mengirim sepucuk surat kepada Sultan Saiful
Rijal, yang isinya selain menuduh Brunei menghasut orang-orang Islam di
Filipina untuk memberontak terhadap kekuasaan Spanyol, meminta paksa agar
diizinkan menyebarkan agama Kristen di Brunei. Tentu saja, Sultan Saiful Rijal
berang dan menolak keras isi surat tersebut. Akibatnya, Spanyol pada April 1578
mengirim armada laut ke Brunei dengan maksud menundukan dan menguasai Brunei.
Tetapi ternyata Sultan Saiful Rijal berhasil mematahkan serbuan armada laut
Spanyol tersebut, sehingga mereka kembali ke Manila dengan tangan hampa.
Pemerintahan negara Brunei, sebagaimana tercatat dalam kanun
Brunei dan pernah dijalankan sebelum menyebarluasnya sistem atau gaya
pemerintahan ala barat (Inggris), adalah suatu pemerintahan yang terdiri dari
Sultan, jema’ah perunding, dan penasihat, yaitu duli-duli wajir, pangiran
bendahara, pangiran di-gadong, pangiran temenggong, pangiran pamancha, kadhi
besar, dan beberapa orang ceteria (sebutan orang melayu untuk satria).
Dimulai pada zaman pemerintahan sultan Muhammad
Hasan(1582-1598) Brunei mempunyai pemerintahan yang berbentuk piramida; dengan
sultan berada pada puncaknya, sedang dibawahnya adalah empat orang wajir, yakni
pangiran bendahara, pangiran di-gadong, pangiran temenggong, dan pangiran
pamancha. Dibawah para wajir terdapat 60 orang ceteria, yang terdiri dari
seorang perdana ceteria, 4 kepala ceteria, 8 ceteria besar, 16 ceteria
penalasan, dan 32 ceteria damit. Ceteria adalah jawatan tertinggi selepas wajir
dalam susunan hierarki pemerintahan di Brunei. Gelar ceteria ini adalah
anugerah dari Sultan kepada mereka yang keturunan atau berdarah raja. Oleh
karena itu, rakyat biasa tidak boleh diberi gelar ceteria.
0 comments:
Post a Comment