11. PENGORGANISASIAN KANTOR
Setidak-tidaknya ada lima buah
fakta yang jamak terdapat dan berlangsung dalam organisasi perkantoran yaitu
(1) Setiap organisasi perkantoran pasti mencakup SDM yang terlibat dalam
interaksi sosial, baik disebabkan oleh struktur formal atau informal; (2)
Interaksi dalam system sosial itu tersusun dalam sebuah struktur yang menjamin
perintah dan laporan, baik berhubungan dengan arus pekerjaan maupun arus
informasi; (3) Sebagai suatu system terbuka, setiap organisasi perkantoran
mempunyai hubungan timbal balik baik dalam organisasi intern ataupun ekstern;
(4) Setiap orang dalam organisasi perkantoran memiliki tujuan individu, sebagian daripadanya
merupakan alasan tindakannya; mereka masing-masing mengharapkan organisasi
dapat membantu mencapai tujuannya; (5) Interaksi sosial yang terjadi dalam
menejemen perkantoran tsb juga dapat membantu pencapaian tujuan bersama,
walaupun mungkin berbeda, namun berkaitan dengan tujuan-tujuan individi tsb.
1. Pengertian Organisasi Kantor
Berdasarkan ke lima fakta tsb,
dapat dikemukakan bahwa:
a. Organisasi
perkantoran adalah suatu proses yang menjadi tempat orang-orang berinteraksi
untuk mencapai tujuan kantor.
b. Organisasi
perkantoran adalah suatu rangka dasar yang menjadi tempat orang-orang
melangsungkan kegiatannya untuk menerima, menyimpan, mengolah, dan menyajikan
informasi dan merawat aktiva.
c. Organisasi
perkantoran mencalup susunan staf dan alokasi tugas dan tanggung jawab dalam
mengolah data, memasok informasi untuk pembuatan keputusan dan merawat aktiva.
Bentuk komunikasi atau interaksi
bagaimanapun yang terjadi, akan di dapat dua jenis unsur yang umum terjadi
dalam setiap organisasi perkantoran yaitu:
1. Unsur inti adalah manusia
yaitu orang-orang tertentu yang
komunikasi dan interaksinya membentuk organisasi perkantoran. Lousiana state
university, Baton Rauge, mengatakan bahwa kondisi yang dibutuhkan organisasi
adalah interaksi antara dua orang atau lebih yang merasa bahwa
kebutuhan-kebutuhan individual mereka dapat lebih baik terpenuhi melalui
perpaduan kemampuan atau sumber daya yang dimiliki secara pribadi.
Setelah organisasi kantor
terwujud, unsure inti mulai terpengaruh oleh unsur kerja. Unsur kerja
menentukan mutu interaksi.
Para anggota yang berinteraksi
membentuk sebuah organisasi perkantoran,
sedangkan unsur kerja membuatnya efektif atau inefektif.
Unsur kerja (Working elements)
yang muncul dalam organisasi perkantoran meliputi:
1. Sumber daya insani, yaitu kemampuan para
karyawan kantor dan pengaruh pribadi mereka.
2. Sumber daya nirinsani, yaitu barang ekonomi,
seperti mesin-mesin, perlengkapan kantor dan komputer.
3. Sumber daya konseptual dari kelompok khusus
yaitu para menejer.
Derajat pemanfaatan kemampuan dan
pengaruh segenap karyawan kantor dalam efektifitas penggunaan sumber-daya
banyak tergantung pada bagaimana menejer organisasi perkantoran itu memahami
dan melaksanakan tugas-tugas mereka. Membangun hubungan antara tujuan-tujuan
pribadi dan tujuan-tujuan organisasi perkantoran merupakan tugas menejer.
PRINSIP ORGANISASI PERKANTORAN
(J.J.W. Neuner dan L.B. Keeling,
Modern Office Management, D.B. Taraporevala Sons & Co., Private Ltd,
Bombay, 1970,hh,45-49) menyatakan ada delapan prinsip organisasi perkantoran
yang esensial meliputi:
1. Prinsip tujuan
Tujuan organisasi perkantoran atau kelompok fungsi dalam organisasi
perkantoran mesti dirumuskan dan dimengerti oleh setiap personalis. Tujuan yang
dimengerti akan berubah menjadi mitivasi untuk mencapainya.
2. Prinsip kesatuan fungsi
Setiap organisasi perkantoran terdiri atas sejumlah fungsi yang mesti
bekerja sama untuk mencapai tujuan utama organisasi perkantoran itu. Organisasi
perkantoran merupakan suatu system yang terdiri atas sejumlah fungsi yang
saling berhubungan dengan saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan.
3. Prinsip hubungan individual
Organisasi perkantoran yang efektif terbentuk oleh pribadi-pribadi yang
mesti melaksanakan pekerjaan. Kendatipun organisasi perkantoran itu merupakan
sebuah system, namun individu-individulah yang menyelesaikan pekerjaannya
masing-masing.
4. Prinsip kesederhanaan
Organisasi perkantoran yang efektif bekerja berdasarkan atas
kesederhanaan dan interelasi yang jelas. Kesederhanaan memudahkan para
pelaksana untuk memahaminya, sedangkan interelasi yang jelas mengurangi
keraguan.
5. Prinsip wewenang sepadan
dengan tanggung jawab
Setiap orang dalam organisasi perkantoran mesti diberi wewenang yang
sesuai dengan tugas tanggung jawabnya sehingga ia dapat bertanggung jawab atas
pelaksanaan tugasnya tersebut.
6. Prinsip laporan kepada atasan
tunggal
Agar tiap personalia mengetahui dengan jelas kepada siapa ia melapor,
maka tiap petugas dalm organisasi perkantoran tersebut harus menerima perintah
dari dan bertanggung jawab hanya kepada satu orang atasan.
7. Prinsip kepengawasan dan
kepemimpinan
Kepemimpinan dan pengawasan yang efektif mesti ditegakan sehingga tujuan
organisasi perkantoran itu dapat tercapai. Pengawasan yang efektif akan
mencegah perubahan arah dalam mencapai tujuan. Sementara itu, pengawasan yang
efektif pun merupakan proses belajar bagi organisasi di waktu yang akan datang.
8. Prinsip jangkauan pengawasan
Agar pengawasan dan kepemimpinan dalam organisasi perkantoran efektif,
jangkauan pengawasan di bawah pengawasan langsung dari seorang menejer kantor
atau seorang pengawas seyogyanya dibatasi, semakin jauh pengawasan menejer
kantor semakin besar kemungkinan menurunnya pertambahan kemampuan pengawasan.
Gejala ini melahirkan apa yang disebut hukum semakin berkurangnya tambahan
kemampuan pengawasan. Pada awalnya tambahan kemampuan pengawasan itu akan
meningkat sampai mencapai titik optimum pengawasan. Setelah itu tambahan
kemampuan pengawasan tersebut akan semakin berkurang, hingga akhirnya mencapai
titik 0 (bahkan negatif atau kekecauan pengawasan).
Kebanyakan ahli menejemen melihat 12 hingga
15 bawahan sebagai jangkauan maksimum pada tingkat organisasi rendahan. 5
hingga 6 orang bawahan pada tingkat tinggi. Namun demikian berkat perkembangan
teknologi khususnya komputer elektronika dan system mesin dengan pelaksanaan
bawahan yang kurang lebih serupa melalui prosedur pengawasan rutin, jumlah
bawahan yang dapat diawasi seorang atasan dapat bertambah. Teknologi dapat
mendorong sentralisasi mamajemen.
0 comments:
Post a Comment