28. PENGAWASAN ADMINISTRASI KANTOR
Tugas pertama seorang manajer dalam melakukan perencanaan
(planning) berpasangan dengan pengawasan (controlling). Dalam pelaksanaan setiap bidang pekerjaan apa
pun yang sebaik-baiknya tentu perlu dilakukan perencanaan dan pengawasan.
Pengawasan dengan demikian tidaklah semata-semata
dimaksudkan untuk menemukan dan membetulkan kesalahan-kesalahan, melainkan
justru untuk mencegah terjadinya kekeliruan-kekeliruan atau
penyimpangan-penyimpangan yang sebetulnya dapat dihindarkan sebelumnya
terlambat.
Pengertian pengawasan (control)
The control function includes those activities which are designed ti compel events to comform to
plans. (fungsi pengawasan meliputi aktivitas-aktivitas yang dimaksudkan untuk memaksa peristiwa-peristiwa
terjadi sesuai dengan rencana-rencana).
(Harol koontz and Cyril O’Donel, principle of management)
“Control, i. e.
Checking current performance againts predetermined standard
contained in the
plans, with a view to ensuring adequate progress and satisfactory performance; also “recording”
the experience gained from the working of these plans as a guide to possible
future operation”
(Kontrol, yakni mencocokkan pelaksanaan tugas yang baru
berjalan terhadap ukuran baku yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
rencana-rencana dengan maksud untuk menjamin tercapainya kemajuan yang cukup
dam pelaksanaan tugas yang memuaskan;
juga “pengalaman yang diperoleh dari pelaksanaan rencana-rencana itu
sebagai suatu petunjuk bagi
tindakan-tindakan diwaktu mendatang yang mungkin.) (E.F.L. Brech, ed,. The principle and
practice of Management).
Pengawasan adalah keseluruhan aktivitas mengawasi,
memeriksa, mencocokkan, dan mengendalikan segenap kegiatan agar berlangsung
sesuai rencana yang ditetapkan dan hasil yang dikehendaki.
Pengertian administrasi
Kata “Administrasi” berasal dari bahasa latin yang terdiri atas kata ad dan
ministrare. Kata ad mempunyai arti yang
sama dengan kata to dalam Bahasa Inggris, yang berarti “ke” atau “kepada”. Dan ministrare sama dengan to save atau to
conduct yang berarti “melayani”, “membantu”, atau “mengarahkan”.
Dalam
Bahasa Inggris to administer berarti pula “mengatur” , “memelihara” (tolook
after), dan mengarahkan. (M. Ngalim Purwanto, 2004 : 1)
Administrasi perkantoran adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
dan pengkoordinasian manusia, bahan-bahan, mesin-mesin, metoda, perlengkapan,
peralatan, dan uang, serta pengarahan dan pengawasan atas pelaksanaan pekerjaan
dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Pekerjaan kantor
merupakan fungsi pendukung atau memberikan bantuan dalam melaksanakan tugas
pokoknya. Sebagai contoh, kantor Notaris
yang membuat berbagai jenis akta, tidak akan dapat melaksanakannya dengan baik
tanpa adanya catatan-catatan mengenai segala sesuatu tentang kliennya, tujuan
dari dibuatnya akta, jenis akta yang diinginkan, dan sebagainya.
Jadi kata
administrasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau usaha untuk membantu,
melayani, mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan didalam mencapai suatu
tujuan.
Pengetian kantor
Kantor adalah setiap tempat yang biasanya dipergunakan untuk
melaksanakan pekerjaan tata usaha atau pekerjaan tulis menulis.
Jadi pengawasan administrasi perkantoran adalah keseluruhan
aktivitas mencocokkan, mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas kantor terhadap
ukuran baku sebagai suatu kegiatan untuk membantu, melayani, dan mengarahkan
semua kegiatan agar berlangsung sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Langkah-langkah dalam pengawasan:
l Penentuan
standard atau ukuran baku yang akan menjadi patokan
2 Pengukuran atau
penilaian
3 Perbandingan
antara pelaksanaan kegiatan dan hasilnya
4 Pembetulan
terhadap penyimpangan
Metode pengawasan:
l Laporan dari
pelaksanaan kegiatan yang diberikan secara lisan atau tertulis dan secara
berkala atau
berwaktu-waktu atas permintaan
2 Penelaahan
terhadap buku catatan tugas atau hasil kerja
3 Survei atau
inspeksi
4 Wawancara
dengan pelaksanaan-pelaksanaan tugas
Segi pelaksanaan yang dijadikan sasaran pengawasan ada 8:
l Jumlah hasil
kerja (segi kuantitas)
2 Mutu hasil
kerja (segi kualitas)
3 Pegawai
(kesungguhan, kerajinan, dan kecakapan kerjanya)
4 Uang (pemakaian
secara sah dan efisien)
5 Barang
pembekalan (pembelian, pengguna, pemeliharaan yang betul)
6 Ruang kerja
(penataan dan pemakaian yang baik)
7 Waktu
8 Metode kerja
William Henry Leffingwel menyarankan 12 tindakan pengawasan:
l Merencanakan
dan menentukan jadwal bagi pekerja
2 Mengusahakan
agar pekerjaan di mulai pada waktu yang telah ditetapkan
3 Menghitung
banyaknya pekerjaan yang tidak terselesaikan
4 Mengatur jumlah
tenaga yang dibutuhkan
5 Memeriksa
jumlah hasil pekerjaan
6 Mendesak agar
mendapat hasil dari pekerjaan
7 Memeriksa
petunjuk-petunjuk buku
8 Merencanakan
tugas pengawasan
9 Menetapkan
pemeriksaan menyeluruh terhadap pemeliharaan alat-alat kantor
l0 Menetapkan
pemeriksaan menyeluruh terhadap penyimpanan warkat dan arsip
Dengan menjalankan 12 tindakan pengawasan , seorang pimpinan
kantor dapat menjuruskan kerja ketatausahaan dalam organisasinya ke arah tujuan
yang telah direncanakan.
Alat penting lainnya yang oleh manager kantor mulai dipakai
untuk mengontrol tatausaha ialah ukuran-ukuran baku (standard). Para ahli administrasi perkantoran pada umumnya kini telah sapakat bahwa
kegiatan-kegiatan tatausaha dapat diukur seperlunya. Masing-masing kerja ketatausahaan mempunyai
satuan pengukuran tersendiri yang kadang-kadang saking berbeda. Misalnya untuk aktivitas kearsipan, yang
dapat dijadikan warkat yang perlu disimpan atau yang harus ditemukan kembali.
Ahli pengontrolan tatausaha Fred Archer telah mendaftar
satuan-satuan ukuran yang dapat dipakai untuk mengukur macam-macam kerja
ketatausaha :
Aktivitas
Tatausaha
Satuan Pengukuran
(Clerical Activity) (unit
of Measurement)
1. Pembubuhan alamat
surat dengan a. Hitunglah mesin terhadap sampul
Peralatan
mekanis
yang dibubuhi alamat
b. Plat logam alamat yang dipakai
c. Laci yang memuat plat logam
d. Jumlah hasil kerja
2. Pekerjaan dengan
mesin hitung
a. Hal yang dihitung
b. faktur atau warkat lainnya
yang
diselesaikan
3. Penulisan
cek
a. Cek yang ditulis
b. Rentangan seri nomor dari cek
4. Pendiktean dan
penyalinan
a. Berkas surat-menyurat yang
digarap
b. surat yang
dikirim
5. Pengetikan
a. Jumlah lembaran yang diketik
b. Jumlah gulungan yang
tergulung
6. Penggandaan warkat
a. Lembaran yang dapat dipakai
b. Sit yang dikerjakan
7. Penyimpanan
warkat
a. Warkat yang dipilah-pilahkan
b. Warkat yang di ambil
c. Warkat yang tersimpan
8. Pengiriman dengan
pos
a. Sampul yang dibuka
b. Sampul yang dipilah-pilah
c. Sampul yan dirapatkan
9. Pesanaan
a. Surat pesanan yang diterima
b. Surat pesanan yang dipenuhi
10. Haluan
a. Haluan yang digarap
b. Haluan yang diinstruksikan
11. Penjualan a. Hal yang dicatat
b. Warkat yang digarap
Setelah di tentukan berbagai macam-macam kerja perkantoran
yang dapat diukur dan satuan-satuan ukuran yang akan dipakai, maka selanjuthnya
perlu ditetapkan office standards atau clerical standards,yaitu ukurann-ukuran
baku ini merupakan tingkat penunaian kerja yang harus dicapai oleh pegawai
tatausaha ytabng bersangkutan. Tingkat
penunaian kerja itu tidak boleh ditetapkan secara sembarangan sehingga mungkin
terlampau tinggi atau rendah terlalu rendah. Sertiap ukuran baku ditetapkan
berdasarkan perbandingan hasil kerja yang patut diharapkan akan terpenuhi oleh
para karyawan pada umumnya yang cukup cakap
Berbagai satuan baku yang telah ditetapkan dalam bidang
tatausaha menjadi batu ujian untuk memeriksa atau mencocokkan apakah sesuatu
kerja ketatausahaan di kantor terlaksana dengan hasil yang diharapkan. Dalam hal ini hasil-hasil kerja dari para
pegawai dipelajari, kemudian berpegang pada sesuatu ukuran baku yang
bersangkutan lalu dilakukan penilaian atau perbandingan.
Berbagai tata kerja
dalam setiap kantor seperti kantor misalnya tata tertip penyusuanan surat,
tatacara pengetikan laporan, atau tatakerja kearsipan perlu sekali direncanakan
sebaik-baiknya, ditetapkan dalam pedoman-pedoman baku, dan kemudian dituangkan
dalam apa yang lazim disebut “Manual of Clerical Procedures” (buku pedoman
prosedur-prosedur ketatausahaan). Buku
pedoman ini oleh manajer kantor dijadikan alat penting untuk melakuan
pengawasan.
Menurut J. Maddock buku pedoman tata usaha berisi
prosedur-prosedur, tatacara, dan petunjuk-petunjuk baku mengenai
langkah-langkah yang harus diindahkan dalam melaksanakan berbagai kerja
ketatausahaan pada sesuatu kantor.
Misalnya bagi penyesuaian sesuatu tugas tertentu dapat ditentukan aliran
pekerjaan yang harus ditempuh seperti mula-mula didaftar oleh bagian A,
kemudian diteruskan kepada kepada bagian B, dan akhirnya disetujui pejabat pada
bagian B, dan selanjutnya di tandatangani oleh kepala bagian.
Manager dapat pula menjalankan tugas pengawasan dengan lebih
cermat dan tangkas. Pengawasan akan
lebih mudah dijalankan kalau syarat-syarat, bahan-bahan, cara-cara, atau
ketentuan-ketentuan lainnya bagi suatu pekerjaan dikantor adalah sama. Misalnya kalau pada suatu perusahaan telah
ditentukan mengenai tatacara mengetik surat, si pemimpin kantor akan lebih
mudah dan cepat dalam melakukan pengawasan terhadap hasil-hasilpekerjaan para
pengawai ketik yang dipimpinnya.
Disamping buku pedoman yang memuat prosedur-prosedur
ketatausaha, pada kantor disisipkan secretarial manual, yaitu buku pedoman
untuk para sekretaris yang berisi macam-macam keterangan dan-petunjuk yang
lebih luas.-petunjuk itu sebagian besar juga mempunyai fungsi mengendalikan
kegiatan-kegiatan seorang sekretaris yang berisi macam-macam keterangan dan
petunjuk-petunjuk yang lebih luas.
Sumber: http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/07/pengawasan-administrasi-kantor.html
0 comments:
Post a Comment